Kasus kampanye "Rp 1 per detik" Indosat Ooredoo terhadap Telkomsel berbuntut panjang. Setelah dipanggil Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Indosat akan mengadukan secara resmi pihak Telkomsel kepada regulator.
Selain itu, Indosat meminta operator-operator seluler lain, yakni XL Axiata, Hutchison Three (Tri), dan Smartfren Telecom agar bersatu melawan Telkomsel. CEO Indosat Ooreedo Alexander Rusli memandang Telkomsel terlalu dominan dan memonopoli pasar seluler di luar Jawa.
“(Operator seluler lain) Jangan takut, ngomong apa adanya saja. Kan kepentingan kita sama, jangan ngedumel di belakang layar saja,”
Meski secara nasional hanya memiliki pangsa pasar di kisaran 50 persen, untuk daerah lain di luar Jawa, Alex menuding bahwa Telkomsel praktis memonopoli pasaran dengan market share lebih dari 80 persen.
Angka itu jauh di atas batas ketentuan undang-undang persaingan usaha yang sebesar 50 persen.
Sementara, operator-operator seluler lain disebutnya hanya memiliki pangsa pasar yang kecil di luar Jawa. Indosat sendiri kebagian sekitar 4 persen. Apabila digabung, menurut Alex, operator seluler lain di luar Telkomsel hanya menguasai pasaran luar Jawa sebesar 14 persen.
Alex yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) merasa monopoli Telkomsel akan semakin menjadi apabila kondisi ini dibiarkan terjadi, hingga akhirnya menguasai pasaran secara total dan tak terbendung.
“Kalau mereka sudah 100 persen, akan sulit bagi kami untuk berkompetisi. Ini seperti kembali ke zaman (monopoli) Telkom untuk telepon fixed line nasional lagi,” keluhnya.
Tanggapan Telkomsel
Tudingan Indosat soal monopoli Telkomsel di luar Jawa sebelumnya sudah pernah ditanggapi oleh operator seluler terkait.
Melalui keterangan tertulis yang dilayangkan ke Kompas Tekno beberapa waktu lalu, Vice President Corporate Communications Telkomsel, Adita Irawati, menjelaskan bahwa dominasi pihaknya di luar Jawa bukanlah buah dari praktik monopoli, melainkan hasil dari proses panjang membangun jaringan yang dimulai sejak 1995.
“Saat itu operator lain lebih fokus membangun di Pulau Jawa dan kota besar yang secara bisnis lebih menguntungkan,” ucap Adita.
Terlebih lagi, lanjut dia, lokasi-lokasi pembangunan di luar Jawa memiliki pasar yang tidak besar dan pada saat bersamaan CAPEX (capital expenditure/ dana belanja modal) yang dikeluarkan sangat besar. Begitu pula ketika jaringannya beroperasi, ongkosnya lebih mahal dibandingkan di Pulau Jawa.
Secara terpisah, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB, M. Ridwan Effendi, mengutarakan pendapat senada.
“Telkomsel bukan pemain pertama yang mendapat lisensi penyelenggaraan jaringan. Tetapi, karena sungguh-sungguh membangun jaringan, akhirnya berbuah di seluruh Indonesia mendapatkan banyak pelanggan mobile,” katanya saat ditemui Kompas.com di Jakarta, Senin (20/6/2016).
Source : tekno kompas
Secara terpisah, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB, M. Ridwan Effendi, mengutarakan pendapat senada.
“Telkomsel bukan pemain pertama yang mendapat lisensi penyelenggaraan jaringan. Tetapi, karena sungguh-sungguh membangun jaringan, akhirnya berbuah di seluruh Indonesia mendapatkan banyak pelanggan mobile,” katanya saat ditemui Kompas.com di Jakarta, Senin (20/6/2016).
Source : tekno kompas